Kamis, 17 Desember 2015

Ranting Rambutan

Masa kecil itu milik semua orang. Sangat universal. Sudah tak ternilai berapa banyak persoalan yang pernah dilalui. Belajar banyak hal. Bertanya banyak hal. Ingin tahu banyak hal. Hamparan memori itu menghias dikepalaku, kala kucoba merangkai semua cerita itu. Seperti hari ini, apalah daya.. Rasa rindu terhadap rumah makin menyeruak. Rinduku pada pohon rambutan di sebelah rumahku. Rindu ini berasal dari gambar yang bapak sebar di medsos (sebut saja: bbm).

Dulu...

Aku, juga semua anak-anak bapak dan ibu sangat antusias mendekati musim panen. Pucuk-pucuk rambutan yang mulai tumbuh makin matang. Ranting per ranting berlomba-lomba menguning lalu memerah. Dari ujung sebelah kanan, hingga ujung sebelah kiri. Buah rambutan menjuntai-juntai ingin diperhatikan. Bahkan, tak perlu menggunakan galah untuk memetiknya. Cukup dengan meninggikan kaki, buah rambutan berhasil diterkam. Pemandangan indah semacam itu, jadi jadwal rutin setiap tahunnya.

Sama seperti hari ini. Kebetulan keadaan buah rambutan (sudah) wajib panen. Hari ini ada gotong-royong untuk memanen rambutan. Seperti kebiasaan pada tahun-tahun sebelumnya, keluargaku selalu membagikan buah-buahan hasil panen itu kepada sanak-tetangga dan sanak-saudara.

"Awas, Lisda, Lisma, hati-hati! Jangan tergesa-gesa!" ibu memperingatkan kedua anak kembarnya yang tengah bekerja menjadi pemanen.

"Beresssss!" Lisda mengayunkan jempolnya.

Jumat, 25 September 2015

Kurban Ayam (?)

Takbir menghiasi langit-langit pagi ini. Gemerlap indahnya raya Iedul Adha. Masjid-masjid sudah ramai, pagi seperti hari ini. Bangunan masjid seindah kemenangan hari ini. Kemenangan melepaskan keserakahan dan menghantarkan kepada keikhlasan.

Begitupun Nana dan keluarga kecilnya. Malam ditengah kumandang takbir yang bergema. Nana dan ibunya meracik makanan untuk menyabut kedatangannya -hari raya Iedul Adha. Menyiapkan ketupat, lalu opor ayam menemaninya.

"Na, jangan makan dulu!" ibu melarang anaknya menyendokkan ketupat.

"Aku lapar, bu. Sebentar lagi kita akan pergi ke masjid." Nana kelaparan.

Rabu, 23 September 2015

Melihat Dunia

Melihat Dunia,
Bukan kalimat yang terdengar luar biasa.
Kalimat yang maknanya sungguh sederhana.

Melihat dunia,
Kalimat tentang perjalanan,
tas punggung,
perbekalan.

Melihat dunia,
Berpetualanglah!
Kencangkan tali sepatumu, dan berangkat.

Selasa, 15 September 2015

Terima kasih, pohon!

Ma: "kau tahu pohon?"

Da: "Tau. Memang ada apa dengan pohon?"

Ma: "Dia selalu setia menyatukan kita. Menyatukan dua keegoisan kita. Walaupun kamu suka merah jambu walaupun aku suka biru. Kita tetap berteduh di pohon ini ketika di luar sana mentari sedang gagah-gagahnya bersinar."

Da: "Karena berada di pohon ini kita dapat melihat dunia lebih luas. Aku dengan duniaku dan kamu dengan duniamu."

Kamis, 10 September 2015

Hujan, Kemarau, dan Tanah

"Hujan tak mau lagi datang ke kotaku. Wajarlah kemarau datang. Sebenarnya, ada harap dihatiku. Ada juga sesak yang meretakkan gundukan rasaku."
---------------------------------------------------------

"An, besok aku usahakan datang! Tolong, dengarkan bicaraku kali ini." Lelaki berambut ikal itu meyakinkan pada kekasihnya; calon istrinya.

Si perempuan hanya menggelengkan kepala. Hanya diam dan tak ikut andil bersuara.

"Ku mohon! Ku mohon! Kali ini aku penuhi janjiku!" Tan, mencerca kekasihnya dengan kata mohon.

"Lebih baik jangan datang lagi, Tan." An membalasnya dengan mata berkaca.

"Aku takkan mencarimu lagi, jika kesempatan ini tak berhasil aku taklukan. Ku mohon, beri aku satu kesempatan lagi. Setelah ini, biarkan aku pergi!" Tan membuang pandangannya jauh dan berlari meninggalkan An, kekasihnya.

Senin, 07 September 2015

Ledakan air mata

"Ledakan Air Mata"

Ada luka yang tak terperikan. Namun, sisanya menyakiti relung hati. Apakah hanya aku yang suka sekali menghambur-hamburkan air mata? Apakah hanya aku yang suka menangis?

Selasa, 01 September 2015

Cumi-cumi 'alot' (?)

Assalamu’alaikum sahabat, salam sejahtera bagi kita semua ^^
Selamat pagi... Selamat hari senin yaaaa.

Pagi ini, saya mau share tips memasak. Keluar dari zona nyaman, ya? Jawabnya, iya. Hehe. Postingan lalu tips yang saya muat adalah tentang menulis, nah sekarang malah tips memasak (?) Berhubung tadi pagi saya dan Lisda menyempatkan diri untuk memasak.

Kali ini masakan yang mau diolah adalah masakan seafood. Panggil saja cumi-cumi. Terpaksa dengan -kekurangtahuan- kami mencoba/mencari/mengulik olahan cum-cumi dimesin pencari. Alhasil, diketemukan resep cumi-cumi pedas manis. Temuan yang mengejutkan adalah tips dalam memasaknya. Mungkin kami berdua termasuk orang yang awam dengan makanan berbau seafood karena kapasitas memasak makanan seperti itu bisa dikatakan sangat jarang. Kalaupun mengkomsumsinya itu karena jajan di luar.

Jumat, 28 Agustus 2015

40tahun

40 tahun ke depan?
Itu bukan sekedar pertanyaankan?
Itu tentang kisah di masa mendatang (.)
Tentang harapan dan doa
Tentang target juga cita
Tentang kebahagiaan
Tentang kemenangan
Tentang keberhasilan
Tentang berbagi senyuman
Tentang pencapaian
Tentang penggapaian

Tapi, apakah mungkin (?)
Kalaulah sekarang,
Masa lengah dan selalu terbuang
Masa hilang tanpa guna
Masa lenyap bagai debu yang berterbangan terseret sapu dan kendaraan
Masa terbuang
Masa terabai karena buaian
Masa, semua masa muda
Akankah terbuang lalu sia-sia (?)

Tak ada yang bisa meraba waktu dan usia
Tak ada yang tau sukses atau merana
Tapi..
Keberhasilan di 40 tahun
Kejayaaan di 40 tahun
Kemenangan di 40 tahun
Adalah yang kita pintal dari sekarang (!)
Karena itu ketetapan Allah,
Allah takkan merubah keadaan kaumnya,
Kalau bukan ia sendiri yang mengukirnya**
*ntms *ntms

Kamis, 20 Agustus 2015

Gue Antena Besi

“Gue Antena Besi”

oleh Lisma Nopiyanti


    “Lo bakal nyesel!” Bram melemparkan kata-kata itu.

     “Nyesel gimana, ya?” gue kalang-kabut nerima pesan Bram.

Belum sempat terjawab, Bram melejit entah kemana bersama motornya. Sempat melempar senyum dengki sebelum dia pergi.

Selasa, 18 Agustus 2015

Aku; anak perbatasan negeri.

Aku; anak perbatasan negeri.

Aku adalah seorang anak yang terpencil diperbatasan negeriku.
Aku, disini bersama mereka, teman-temanku.
Aku sering takut. Tau kenapa? Di sekelilingku sering terjadi pertikaian menakutkan.
Aku menyaksikan nyerinya bentrokan antara warga di sini, di perbatasan ini.


Aku adalah seorang anak yang merindukan kedamaian di negeri dua warna ini, negeri merah putihku.
Aku merindukan kemerdekaan yang dulunya berhakikat kemenangan.

Jumat, 14 Agustus 2015

Ayo Bergerak!

"Selamat Datang di Kampus Madani: Universitas Islam Riau"

Taraaaaa! Sekarang, tulisanku ikut migrasi. Sebelumnya tulisanku didedikasikan untuk rumahku. Sekarang berpindah ke negeri perantauanku. Alhamdhulillaah, sekali lagi rasa syukur itu tak akan henti terucap. Aku dan saudara kembarku sudah berganti status lagi. Jadi, anak perantauan. Tapi, sudahlah! Ini bukan cerita diperjalan lagi, yaaaaaa.. Ini tentang euforia mata kuliah baru disemester ini. Mata kuliah milik Lisda, tepatnya. Kenapa Lisda? ya, karena Lisda yang sangat menyambutnya penih "euforia".

Jumat, 07 Agustus 2015

Listrik yang Nakal

Seharian ini aku dan Lisda sangat sibuk. Kuota liburku sudah habis, benar-benar habis. Kesibukan inilah yang memempal dua bersaudara ini.

Pagi selesai dengan rumah (baca: pekerjaan rumah) aku sudah merapikan segala kebutuhan sandang. Sudah kulipat semua kecil-kecil. Penyusunan pakaian dan saudaranya itu sangat menentukan tingkat kemuncungannya. Jadi, kalau kurap, alhasil koper akan sulit ditutup, tingkat kemuncungannya akan makin parah.

Senin, 03 Agustus 2015

Sepetak Kotak

Tantangan OWOP
Aku terperangkap di dalam sepetak kotak. Aku berhasil menemukannya. Sebuah kotak berdinding. Aku coba menerobos memasukinya. Tanpa perlu izin, apalagi harus membayar. Karena tahtaku telah hilang, direnggut oleh ketamakan. Si kaya, selaku pejahat, selaku teman berjabat.

Saat ini, aku sedang gemetar. Bibirku pucat. Sedang tubuhku sudah menggigil tak berdaya. Aku dibuang. Dianggap bekas dan tak berdaya. Tanganku sekarang tengah mencoba; menjangkau angka-angka. Memutar angka-angka yang ada dikepala.

Kamis, 30 Juli 2015

Langit yang Sempurna

Sebelum membaca, tulisan ini diperuntukkan untuk mengikuti tantangan yang dikasih mba Depi. Mari....
==================================================================

Senin, 27 Juli 2015

Si Pencari dan Si Penanti

Malam Narasi OWOP
Mencarimu.
Mencarimu, ya, aku akan mencarimu.
Sejauh manakah?
Berapa lamakah?
Mencarimu, ya, aku tentu mencarimu.
Tanpa kau minta.
Tanpa ada yang memaksa.
Mencarimu, ya, aku akan menemukanmu.

Minggu, 19 Juli 2015

Kolak (Koempoelan Kisah) Ramadhan: "Pensiun Lagi"

Lagi-lagi tulisan ini menceritakan tentang menyambut kedatangan hari kemenangan. Semoga tidak bosan untuk tetap membacanya. Ini tentang kue lagi, kue yang mendapat julukan "Good Time". Entah siapa yang menemukannya, nama itu sudah melekat pada kue yang bahan dasarnya coklat bermerk silver queen itu. Apalagi taburan kacang metenya dan sebagai hiasan akhirnya ada choco chips diatasnya. Mungkin karena kue tersebut mirip dengan kue kaleng bermerk "Good Time". Rasa kue itu cocok sekali untuk menghabiskan waktu, seperti teman yang baik. Tekstur lembutnya, membuat kepingan-kepingan kue berhamburan dalam kunyahan. Belum selesai dengan ekspetasi coklat yang manis, gurihnya kacang mete dapat terasa dengan pas. Sudahlah, takkan ada habisnya membicarakan kue yang sederhana namun berjuta rasanya itu.

Kolak (Koempoelan Kisah) Ramadhan: "Nastar, air PAM, dan Poni Lisda"

Menjelang hari raya, hari-hari ramadhanku ini harus diisi dengan kesibukan lain. Apalagi kalau bukan membuat kue; salah satu makan khas yang ada pada waktu lebaran selain ketupat. Kebetulan hari ini, kesibukkanku harus setia berkutat dengan adonan kue nastar keju yang menjadi bagian menu lebaran dikeluarga sederhanaku ini.

Kolak (Koempoelan Kisah) Ramadhan: "Tipu Daya"

Kisah ini bergulir saat kesibukanku dan ibu berhenti di penggorengan. Kebetulan produksi keripik pisang buatan ibu harus dilanjutkan. Hari ini, kami berdua berusaha menyelesaikannya. Pisang satu tandan. Lumayan untuk menghitamkan jari-jemari yang akan mengupas kulitnya yang bergetah itu. Jenis pisang yang digunakan adalah pisang raja. Tapi, tunggu dulu. Ini bukan menceritakan tata cara pembuatannya, bukan.

Mengeja

(i)
Mencoba mengeja
Kerumunan huruf dan angka
Jemari-jemari memilih tombol-tombolnya

Rabu, 08 Juli 2015

Kolak Ramadhan (Koempoelan Kisah) Ramadhan: "Istimewa, Istimewa, dan Istimewa"



Selesai membereskan rumah. Pagi yang dingin menjelang siang itu. Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu rumahku.

"Assalamu'alaikum."

“Wa’alaikumusalam,” jawabku, sambil membuka kunci yang merekatkan pintu itu.

Lebih dari Indah



Malam ini, hatiku tergerak untuk menulis tulisan ini. Setelah mataku menyusuri tulisan dikEn. Kurasa ini tak berlebihan. Hati siapa yang takkan terenyuh ketika mendengar kosa kata ini "ibu". Siapapun, laki-laki-perempuan, tua-muda, kaya-miskin, semua akan berubah menjadi melankolis dengan taraf yang berbeda-beda.

Selasa, 30 Juni 2015

Kumohon Kembali!

Ilustrasi gambar
"Dalam hidup ada dua sisi yang berbeda. Adakalanya harus bahagia dengan kebersamaan atau perihnya suatu perpisahan. Begitulah adanya."

Senin, 29 Juni 2015

Kolak (Koempoelan Kisah) Ramadhan: "Rintik bersama Berkah"

’Aisyah radhiyallahu ’anha berkata, ”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat] (HR. Bukhari)
Cerita ini tentang menanti, menanti hujan datang. Sudah hampir beberapa hari belakangan ini, hujan enggan mampir. Udara sudah terasa berbeda, debu sudah berhamburan dimana-mana. Rumput-rumput mulai coklat, tertutup tebal oleh debu-debu yang hilir-mudik berterbangan. Puasa minggu pertama, Allah masih menyimpan berkah hujan-Nya.

Kolak (Koempoelan Kisah) Ramadhan: "Kue Pie yang Pensiun"

   Siang itu, matahari tengah mengucurkan sinar terangnya. Ini hari kedua di Ramadhan. Lebih banyak kegiatan yang tidak dilakukan, tepatnya jam-jam makan. Sama seperti hari ini, selesai sholat Zuhur. Dapur akan segera ramai.

Rabu, 17 Juni 2015

Kolak (Koempoelan Kisah) Ramadhan: "Jadwal yang Salah"

Sungguh ini nikmat yang sangat luar biasa. Jadi, tulisan yang insyaAllah direncakan selama Ramadhan akan berusaha diteruskan. Sebagai rasa syukur diri yang hina terhadap kuasa Pencipta-Nya. Nikmat malam bertaburan cahaya redup bintang-gemitang. Langit terhias alami, indah sekali. Suara muadzin memecah lagi langit sunyi. MasyaAllah :)

Suara kipas angin sudah meramaikan. Sajadah sudah selesai dibentang. Rakaat demi rakaat berhasil diselesaikan. Lanjut dengan sholat tarawih juga dengan sholat witirnya. Namun, tak begitu ramai. Hanya ada 4 jamaah. Sungguh ada kecewa juga perasaan geli yang menghampiri, setelah berdzikir dan bersalaman.

Pelepas Kecewa

   Jadi gini yaa. Tulisan ini bukan untuk menyesali apapun kehendaknya Allah. Bukannya juga mengumbar kesakitan. Sungguh bukan begitu, cerita ini hanya sekedar pelepas dahaga ketika haus. Jadi sekedar tulisan pelepas kecewa. Eh, kenapa gak curhat ke Allah aja? Kalau itu, insyaAllaah udah. Ya sekarang, saatnya berbagi cerita. Ini persamaan tentang ujian. Jadi uasku sama dengan ujianku. Begitu yaa.

Jumat, 12 Juni 2015

TUGAS MULTIMEDIA DAN TIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (UAS)

Alhamdulillah tugas UAS sudah berhasil diselesaikan. Terima kasih untuk semua kerja sama.
Kelompok 9:
Erina
Liska
Lisma Nopiyanti

VIDEO KETIKA PENELITIAN: Video ini diambil pada salah satu TK di kelurahan Tangkerang Tengah dengan menggunakan multimedia yang telah disiapkan oleh peneliti.












PRESENTATION ONLINE BY POWTOON: Ini merupakan video yang telah dibuat oleh kelompok kami dan videonya bisa di unggah sehingga tidak membutuhkan link yang aktif lagi.










LAPORAN TUGAS UAS: LAPORAN TUGAS AKHIR.docx

Senin, 01 Juni 2015

Langit Berakar

Malam Narasi OWOP
Ketika awan mulai terang dan berakar, aku tau, ada senduh yang tertawan. Tentang janji yang telah ingkar. Tentang cinta yang menjadi dendam.

Anak Kembar, Ed.4: "Oh, Kandang Kelinci!"

Setelah Lumut dengan hebatnya menjatuhkan percaya diriku, ada saatnya Turunan membuatku makin layu dan Keramaian yang benar-benar melarikan rasa beraniku. Kini ceritaku bersama saudara kembarku dengan kendaraanya, akan berlanjut lagi.

Selasa, 26 Mei 2015

[Cerpen] Barisan Sakit Hati - Ken! Pernah Mimpi ke Malioboro?

Duh, di malam tantangan OWOP. Daku malah nulis yang beginian. For mba Saa, Mba Nana, dan Mba Zuuu: Inilah cerpen barisan sakit hati yang mampu daku fiksikan. Entah berapa kali hapus dan terbengkalai tapi alhamdulillah selesai juga.

Kumcer: Barisan Sakit Hati
1. Versi Mba Naa --> Sang Maha Imajinatif
2. Versi Mba Zuu -->  Sensi
3. Versi Mba Naa --> Jodoh untuk Barisan Sakit Hati
4. Versi ke empat yang paling apa banget.

Rabu, 20 Mei 2015

TUGAS VI: MULTIMEDIA DAN TIK PEMBELAJARAN B.INDONESIA

Alhamdulillah, mata kuliah Multimedia dan TIK  Pembelajaran B.Indonesia selesai. Ini kumpulan tugas dari:  Kelompok 1

Tugas ke 1: Download
Tugas ke 2: Download
Tugas ke 3: file Download dan ppt Download
Tugas ke 4: Membuat persentasi online via Visme.co
Tugas ke 5: Membuat presentasi online via visme.co dengan materi pembahasan 2: visme.co (2)

Minggu, 03 Mei 2015

Anak Kembar, Ed.3: "Oh, Keramaian!"


Untuk ketiga kalinya, aku masih tertarik untuk membiarkan cerita ini tetap berkelanjutan.  Setelah edisi 1 ku: Oh Lumut! dan edisi 2 ku: Oh, Turunan!. Entah kenapa? Tapi, ku rasa memang cerita ini tak dapat dilupakan begitu saja. Tentang tiga hari masa orientasi siswa SMA kala itu.
Melanjutkan cerita yang selanjutnya. Iya ini hari kedua orientasi siswa. Masih dalam kejadian yang sama. Bersama emosi berkendara.

Senin, 27 April 2015

Tiara dan Ibu Kartini

"Bu, aku ingin bicara" Tiara mendekati ibunya, rautnya masam.


"Ada apa, nak? Seragammu nampak kotor? Apa yang terjadi?" Si ibu memperhatikan anaknya yang dirundung rasa kesal itu.

"Tam dan temannya mengajakku berkelahi, bu. Dia menggodaku. Selalu, ketika aku mulai bercerita tentang kharisma Dan emansipasi Ibu Kartini. Seperti hari ini.

"Hei, anaknya Kartini! Katanya kamu ini pembela emansipasi wanita ya? Kalau berani, sepulang sekolah kami tunggu di lapangan sekolah. Ada adu lari. Kau pasti kalah"

Pertemuan Lewat Sebuah Benda

malam narasi OWOP
Cerita ini dimulai ketika langit ungu bertabur mengelilingi senja. Kerinduan sang anak terhadap kedua orangtuanya, yang sekarang entah terdampar di pulau yang mana. Badai memisahkan takdir mereka.


Ada pertemuan lewat sebuah benda; antara nahkoda, langit senja, dan rembulan sabitnya.

Perlombaan itu, dik

Hati ini yang menggerakkannya dik. Sepasang mata ini terkejut melihat untaian pesanmu memenuhi chat bbm mbak kembarmu ini. Wah, mbak kembarmu ini baru terduduk setelah mengikuti mata kuliah yang mendebarkan. Sudahlah, mbak tak membahas itu.

Mbak kira permasalahan ini hanya sepele. Tak pernuh otot untuk menyelesaikannya. Tetapi, salah. Kamu jauh tersinggung dengan sikap mbakmu ini. Tentang perkara lomba itu. Mbak bukannya ingin melepaskan begitu saja. Ada pelajaran yang ingin mbak sampaikan.

Mungkin dimulai dengan kalimat ini:
"Kesuksesan itu tidak berasal dari orang lain tapi dari diri kita sendiri. Kitalah yang menentukan keberhasilan dan kesuksesan itu. Bukan tergantung pada orang lain"

Minggu, 26 April 2015

Senja di Bibir Pantai


Ketika imajinasiku berhenti di suatu lini masa tertentu. Memilih menghabiskan waktu menatap panorama luasnya ciptaan-Mu.

Ada angin-angin menerpa wajahku begitu lembut dan menyenangkan. Atau terkadang hempasan ombak membasahi wajahku. Aku berteriak kegirangan.

Oh, Allah. Sungguh kekurangan ini hanya Engkau yang tau. Sungguh kesalahan ini hanya Engkau yang tahu. Biarlah aku terus memperbaiki diri. Menebus segala keangkuhan dan ketidakberdayaan diri ini. Sungguh diri begitu hina berlumur dosa :')

Dan sekarang..
Biarkan aku sebentar saja menikmati senja di mulut pantai ini bermain dengan air dan menghentikan kayuhan sepedaku; sedikit beristirahat. Aku merasa lelah mengayuh seharian.
Aku harus semangatt!!
Aku harus berjalan dan mengayuh lebih keras. Saat semua datang menghalangi langkahku untuk maju.

Senja di bibir pantai, hari ke 27 di bulan april 2015
Lisma Nopiyanti
---
Sesekali ku berhenti menikmati sisa-sisa senja di pinggir pantai :"

Cerpen: "Ifa Butuh Psikiater"

Ifa Butuh Psikiater

Oleh Lisma Nopiyanti
Ide cerita: Ifa, pelaku (nama disamarkan)


Siang ini, sebenarnya aku malas untuk mengingatnya lagi. Mengingat perasaan yang tak seharusnya hinggap di merah jambuku. Ini bukan cinta anak monyet. Ini lebih dari itu. Husss, pergi kamu! Aku ingin mengusir rasa itu jauh dan sangat jauh. Aku seorang mahasiswa Psikologi dan aku tak butuh psikater untuk mengatasi penyakit hatiku ini.

Langit begitu teduh kala pesan itu hadir.

Kamis, 23 April 2015

Tugasku dan Chat itu

Malam ini aku terlambat untuk memulai. Tugasku untuk presentasi esok belum bisa diselesaikan.

Rabu, 22 April 2015

Pesan Abu-abuku

Sebenarnya malu untuk menuliskan ini. Tapi, biarlah. Jemari ini yang mau menuliskannya. Bukan karena alasan yang terlalu fana atau terlalu istimewa hanya sebuah pesan yang tak berani ku kirimkan.

Begini. Aku ingin memulainya dengan kabar.
"Bagaimana kabarmu?". Eh, sebentar. Itu terlalu cheesy. Nanti aku menjadi tersangka dan kau akan banyak menerka.

Senin, 20 April 2015

Veteran di Negeri Peradaban Sampah

"Lari-lariiiii. Sebentar lagi kita yang akan dimakan" suara bersahut-sahutan memecah pagi menanti sang siang.

"Apalagi? Ada apalagi? Semalam beberapa kedai ludes diperapian. Sekarang? Rakyat kecil tunggang-langgang" seorang mantan veteran yang tengah asyik mengais sampah; memperuntukkan nasib lewat botol-botol  air mineral bekas.

Stadion Berkabut

Malam Narasi OWOP
"Jika kutau dijaninku ada bola. Maka takkan kubiarkan kau hidup, nak"

Berhenti. Jangan teruskan langkahmu!" Polisi meramaikan seisi stadion.
Ibu-ibu meringis mencari anaknya. Bapak-bapak ketakutan bercerai berai. Seisi stadion terlibat baku-hantam. Teriakan silih berganti. Sebentar tembakan sebentar jeritan.

Minggu, 19 April 2015

Aroma Ke-pesimis-an


Akibat didera rasa dilema atas ketidakberhasilanku bersyukur. Ampuni aku, Oh..Allah. Aku tersadar. Membuatku membuka mata yang tertutup aroma ke-pesimis-an. Dan lihatlah, mimpimu akan tetap tercapai, walau orang tuamu bukan ahli materi. Tidak ada jaminan yang pasti atas materi.  Walau orang tuamu tak dikenal. Karena keridhoan kedua orang tua. Karena ridho Allah bersama ridho kedua orang tua.

Sabtu, 18 April 2015

Ketampar Bang DTL: "Penulis yang Baik"

Entah kenapa judul tulisan kali ini ‘ketampar’. Sesuatu yang menyakitkan, mungkin sementara waktu presepsi itu kita simpan. Mari lanjutkan cerita ini.

“Saya”. Definisinya seorang yang katanya ingin jadi “sastrawati” –seorang yang jago menulis. “Saya” dibesarkan oleh rasa ambisinya, sehingga “saya” melupakan makna menulis pada hakikatnya. Menulis adalah sarana berbagi informasi. Apa yang dituliskan, sekian persennya akan mampu mengubah pemikiran seseorang, terlepas dampak positif ataukah dampak negatif. Menulis itu sebuah kegiatan yang tulus, ia tak mengharapkan balasan. Makna itulah yang benar-benar “saya” lupakan.

Senin, 13 April 2015

Anak Kembar, Ed.2: "Oh, Turunan!"

Aku masih tertarik untuk membagi cerita ini, cerita kelanjutan dari lumut-lumut itu. Cerita kehidupanku, anak kembar dengan persoalan kendaraannya. Ini cerita kedua, setelah kejadian Oh, Lumut!.
Mari, ambil tempat yang nyaman. Saya akan memulai ceritanya kembali. Walau sedikit membosankan, mari paksakan. Hehehe.
Memulai sesuatu yang membosankan, mungkin awal menaklukan rasa malas #pemaksaanberlanjut.

Ambil Payungmu...!!!

Image by Google
Bahwa yang pasti, aku akan mengeluarkan payung ketika butirannya makin deras. Membuka pintu dan mengawali semuanya dengan penuh ketakutan.

Takut terkena hempasan angin, ketika aku melangkah bersama payung yang ada digenggamanku.

Selasa, 07 April 2015

Terima kasih, Latif!

Mentari masih bermalas-malasan pagi ini, mengantarku ke kursi kemalasan. Tubuhku yang masih meringkuk malas, setelah menunaikan subuh yang penuh berkah, tadi. Masih bercengkrama dengan kasur dan bantal serta guling. Ah, memang mengasyikan. Cukup memastikan jadwalku aman. Sejauh ini, jam-jam pertarungan UTS bersahabat. Pukul 10, rata-ratanya. Mudah saja, sedikit bermalasan pun tak mengapa.

Senin, 06 April 2015

Puisi: "Waktu"


Waktu
Lisma Nopiyanti


Jika waktu dapat kuubah
Biarlah ia sendiri yang memilih waktunya
Biarlah aku terduduk rapi menantinya
Namun, ketika mentari bergejolak
Aku tersadar, waktu takkan mampu ku taklukan

Dia meninggalkanku jauh dalam masa lalu
Meninggalkan ribuan peristiwa
Tapi, ahh
Sekarang, tetap aku bukan apa-apa

Aku ingin meminjam waktu
Agar aku berhasil melaluinya
Tapi, ahhh
Sekarang, aku gagal
Hidupku terlalu suram
atau tak adakah kesyukuran..



“Garam, Gelas, dan Kolam”


Seperti sabtu-sabtu sebelumnya, teman satu kelasku harus duduk rapi menanti mata kuliah pengelolaan pendidikan di akhir pekan. Situasi kampus saat itu sepi, karena  kebanyakan kelas-kelas lainnya tak ada yang mendapat mata kuliah di hari Sabtu. Tidak menutup kemungkinan, rasa malas kadang menghampiri. Namun, karena kewajiban. Maka harus dilaksanakan. Hari ini meneruskan tugas kelompok selanjutnya, diskusi kelompok.

Jumat, 03 April 2015

Anak Kembar, Ed. 1: "Oh, Lumut!"

"Aaaaaaa, Lisda.... Berhentilah mengolokku" dia menunjuk-nunjuk luka di lututku.

"Apa yang harus aku hentikan? Coba lihat tanganku sedang sibuk mengurut kaki. Dia mencoba mematahkan tuduhanku −dengan berpura-pura sibuk−  lebih tepatnya menyibukkan diri, setelah aku berhasil meneriakinya.

Minggu, 29 Maret 2015

Mari Berhitung!!!

Ini bukan persoalan hitung-hitungan atau sekedar pelajaran matematika yang sangat menyulitkan. Ini sekedar tulisan sederhana yang ingin di bagi dan di sebarluaskan, semoga virus kebaikannya segera menyebar :))

Kamis, 19 Maret 2015

Cerpen: Ayah, Ingin Kalian Tahu

Bercermin sambil menyesir rambut yang sedikit kusut terkena air ketika mandi pagi tadi. Segera matanya yang lincah, melirik sebuah bingkai foto. Menunjuk sesosok putra Ayah yang saat ini tengah mempersiapkan wisudanya. Ia tersenyum. Tak ingin terlihat cengeng di depannya. Ia sadar, dia laki-laki yang kuat.

Meleset

Sang surya menyerang hebat kala siang itu.

“Besok kita pergi ke rumah Dika, ya” ajak saudara kembarku, Lisda, kemarin saat perjalanan menuju pulang. Hal ini  berjalan lurus dengan jeda waktu yang lumayan jauh dari jadwal perkuliahan di akhir pekan ini. Aku menganggukan kepala, sebagai persetujuan akan rencana itu.

Senin, 09 Maret 2015

Antara Mesin Cuci dan Jerawatku

Sebenarnya hadir si jerawat dalam tulisan ini adalah sebagai penyambung kata kunci yang lainnya. Jerawatku bersemi, ketika urusanku dengan si mesin cuci berlangsung.

Kotak penumpuk pakaian kotorku nampak penuh dipojokkan kamar. Beberapa hari kuliah, meninggalkan bekas semacam itu pada pakaianku.

Jumat, 06 Maret 2015

Spion dan Truk Besar

Sebenarnya terlambat untuk mengirim tulisan ini. Kejadiannya sekitaran satu bulan yang lalu. Ketika menempuh perjalanan pergi di kotaku ini. Pekanbaru.

Perjalanan yang terbilang biasa. Dengan nama bus yang sama, dengan teman sebangku yang sama, dengan koper yang sama, juga nomer kursi yang sama. Begitu banyak persamaannya; terkesan biasa.
Siapa sangka hal-hal yang biasa itu berubah. Kala seisi penumpang berteriak histeris. Menyebut nama Allah, dengan suara lantang.

Kamis, 05 Maret 2015

Cerpen: "Doa Terbelah"

   Satu yang pasti dari seorang perempuan, ialah menjadi seorang ibu. Aku menulis ini sebagai bentuk dedikasi yang tinggi untuk itu. Menjadi sesosok perempuan yang mendapatkan penghargaan tinggi dari Tuhan. 

Semut dan Cahayanya

Coba belajar menulis, luangkan waktu untuk menulis. Sedikit saja, mulailah menulis, sekedar kumpulan-kumpulan sms yang tak terkirim, atau puisi-puisi yang tak tentu maknanya. Banyaklah berlatih dan berteman baiklah pada waktu luangmu. Coba kirim tulisan tersebut ke media. Dari majalah bobo, misalnya. Buatlah dongeng-dongeng sederhana yang didalamnya terdapat pesan yang bermanfaat.

Sabtu, 21 Februari 2015

Telur Berpasir dan Ikan Balado

Pagi ini, ada mata kuliah pagi. Buru-buru dan sedikit tergesah-gesah. Mempersiapkan berbagai hal. Tak tertinggal minum susu hangat. Ya, sekedar penambah energi kalau-kalau tak sempat sarapan.

Hari ini, seperti biasanya. Ada pergantian jam di kamar mandi. Satu diantara kami, aku dan kembaranku, akan berbagi waktu. Bisa digilir, ada yang pertama juga akan ada yang kedua.

Rabu, 18 Februari 2015

Kado Berlapis



Sedikit merapikan kerudung yang terkena deruan angin selama di kendaraan. Sedikit kusut terkena hentaman helm keamaan berkendara. Selangkah di depan sana, sudah terlihat jelas perempuan tinggi dengan senyummnya yang manis berbalut kerudung merah jambunya. Kak Ica. Itu dia orangnya, kakak angkatku di kota baruku ini.

Cerpen: "Episode yang Tertunda"



Episode yang Tertunda
Lisma Nopiyanti
Pagi itu, kenapa mentari tak mau menampakkan kekuatannya. Kutatap ia masih berselimut awan kelabu. Malu-malu. Malah beberapa detik kemudian perlahan menitik-nitik air memercik di helmku. Kunikmati saja. Walaupun nyatanya hatiku tak akan bisa meresapinya begitu dalam. Bisik lirihku, makin menyeruak di dalam benakku. Rintihan-rintihan air hujan pun hampir memenuhi seragam putih-abu yang ku kenakan saat itu. Aku begitu terlarut dalam keadaan. Oh mentari. Kau membuatku bersedih.

Jumat, 13 Februari 2015

TUJUH HARI

Memulai aktivitas kemahasiswaan.
Dan sekarang aku disibukkan dengan tugas-tugas yang mulai meramai.
Sabtu kemarin aku menikmati perjalanan ke tempat ini, dan sekarang menunggu jam perkuliahan.

Tujuh hari. Singkatlah waktu. Sehari berlalu. Begitu saja.

Tak banyak yang berbeda, sama saja. Ruangan perkuliahan juga. Teman juga. Semua sama. Perbedaannya pasti hanya masalah semester berapa. Ya sekarang aku sibuk menyelesaikan matkul semester 4 ini.

Tujuh hari. Semua mulai terbiasa. Dibalik kemarin terlihat kaku. Masih beraroma rumah di Palembang. Sekarang merangkak perlahan, mencoba terbiasa lagi.

Harapan tujuh hari dan ke depannya, harus lebih serius. Khususnya dengan perkuliahan. Selesai tepat pada waktunya, dan dipermudah langkahnya oleh Allah :')

Niat "bismillah" semoga semester 4 jangan letoy. Jangan mudah dikalahkan ego. Bisa selesaikan semua tugas dengan baik. Dan yang paling penting berdoa. Semoga Allah selalu memberkahi.
Aamiin Allahumma Aamiin :')

Sabtu, 07 Februari 2015

Alarm Hujan

Setiap peristiwa pasti memiliki kenangan. Karena peristiwa yang telah dialami dengan otomatis akan menulisi memori otak, menjejalkan otak. Sewaktu-waktu, jika tersentuh dengan suatu hal maka dengan sendirinya ia mengingat peristiwa itu. Begitu juga yang sedang dialami oleh hati kecilku ini.

Rintik-rintik, mememani sisa perjalanan pulangku ke Pekanbaru. Kini kuota liburku telah habis. Walau sudah satu minggu mangkir dari jam kuliah, aku masih saja merasa kurang. Waktu dua puluh dua hari hanya terasa tiga hari.

Keputusan yang telah kuambil terlebih dahulu untuk kuliah jauh tak kukira akan sesulit ini. Yang aku ingat dulu hanya senang jika berada di tempat yang berbeda. Rasanya senang saja dengan tempat barunya. Hanya saja, semuanya tak sesimpel itu. Sedikit lebih rumit, apalagi jikalau rindu menyerang. Bisa apa? Selain mengambil telepon genggam, mengabari lewat alat itu.

Banyak sekali file-file yang ada di memori otakku. Bahkan terkadang memorinya nge-hang, tiba-tiba ingatan terganggu, hingga berhinggap pada sebuah kelupaan.

Tapi herannya, jikalau hari sudah mendung. Pastilah file-file ingatan itu akan mulai hadir secara acak. Finalnya adalah ketika hujan telah turun dengan derasnya. Ingatanku seperti diatur. File-file yang sesak itu akan terpilih sendirinya ketika turun hujan. Segera ingatanku berusaha membuka lembaran-lembaran yang terjadi di rumahku. Selalu begitu. Kalau sudah begitu, naluri kecengengan itu menyeruak. Hingga saatnya hujan terhenti.

Begitulah ketika hujan berikutnya. Ingatanku akan selalu menuju pada file-file memori yang pernah dibuat di rumahku. Lagi-lagi secara otomatis. Aku mengingat keluargaku, rumahku, kamarku, atau hal-hal yang pernah aku lakukan. Kadang penyembuh rasa kaku, kadang hadirkan pilu.

Aku sempat mengutarakan ini pada ibu.

"Mengapa ya bu, kalau hujan turun ingatanku seperti terarah ke rumah ini?"

"Yaiyalah, inikan rumahmu sendiri ma".

Memang benar.

Mulai sekarang. Aku menyadari, bahwa hujan menjadi alarmku, menjadi alarm pengingat rumahku :')

Biarlah hujan menyemangatiku. Bahwa aku akan pulang lagi, setelah masa perkuliahan ini.berakhir. Biarlah lelah di siksa rindu akan menjadikan penyemangatku menempuh pendidikanku. Semoga, Allah memberkahi.
Aamiin allahumma aamiin :')

Kamis, 22 Januari 2015

Setahun Lalu...

Rasanya baru kemarin merasakan dahsyatnya perjalanan pulang. Setelah kurang lebih 6 bulan berjuang di negeri orang. Mengisi waktu yang ada, mengisinya dengan berbagai cerita yang bisa kusimpan dan kuceritakan.

Sabtu, 17 Januari 2015

Dua puluh delapan!!!

Dua puluh delapan jam menaklukan perjalanan ini. Saat pinggangku serasa hampir membengkok karena duduk yang mungkin terlalu lama.

Leher yang hampir hilang kelenturannya, bagaimana tidak posisiku dalam waktu yang persekian itu tetap tegap dalam posisi yang sama. Sedikit tersiksa. Terasa sekarang, leher sedikit nyeri. Keseluruhan memang teramat mengerikan, menghabiskan waktu nerjam-jam di kendaraan. Bus tipe-tipe kekecilan. Dibilang besar kurang pantas. Kakiku susah dipanjangkan.

Aku harus menekukan kaki dan harus menjejali bawaanku. Menyimpan beberapa makanan, sedikit minuman. Bahkan perlengkapan p3k dan anti pendinginnya semacam sweater, karena bus ini dilengkapi dengan pendingin. Atau sweater itu bisa dijadikan bantal pengganjal. Agar leher tak begitu nyeri seperti sekarang ini.

Inilah perjalananku. Inilah permintaanku dulu, merantau. Dan sekarang semua keadaan harus aku terima. Pahit sekali pun.

Mengingat perjalanan yang melelahkan, aku harus bersyukur bisa selamat hingga tujuanku. Walaupun sempat adu pendapat dengan sang sopir travel yang menyambutku setelah seharian aku berangkat bersama bus kekecilan itu. Bahasa sedikit kasar, dalam ingatanku. Sempat terjadi insiden yang memalukan, karena lisda salah memberikan informasi pada sang sopir.

Kelelahanku diikuti dengan rasa kesal membuat wajahku sedikit murung. Belum hilang rasa lelah yang tadi, mereka kembali menyambutnya. Aku dengan perawakan lelah dibalut kesal, menghasilkan sebuah atmosfer yang yang tidak mendukung. Aku benar-benar kesal ceritanya.

Ya lama-lama keadaan makin mencair dan aku bisa sedikit menikmati perjalanan. Penumpang yang lainnya asyik mengomentari berbagai hal. Aku malas. Aku tak tertarik. Aku lebih memilih melanjutkan membaca novelku.

Perjalanan tak langsung tiba ke tujuan. Masih banyak proses. Harus mengantar barang, menjemput, memperbaiki mobil, hingga akhirnya memikirkan kepentingan lambungnya. Kami mencari makan, yaaa judulnya soto ayam. Tak begitu tertarik. Lebih ke minumnya saja.

Aku tetap diam, hingga tiba di depan muka. Dan sekarang biarlah, badan-badanku yang sedang diliputi rasa lelah ini beristirahat. Sungguh perjalanan yang menyimpan banyak pelajaran. Tapi demi bertemu keluarga, perjalanan ini belum seberapa. Ada tiga puluh jam perjalanan yang lalu. Dan itu mudah saja terlewati. Alhamdulillah..
Salam ^^