Sabtu, 21 Februari 2015

Telur Berpasir dan Ikan Balado

Pagi ini, ada mata kuliah pagi. Buru-buru dan sedikit tergesah-gesah. Mempersiapkan berbagai hal. Tak tertinggal minum susu hangat. Ya, sekedar penambah energi kalau-kalau tak sempat sarapan.

Hari ini, seperti biasanya. Ada pergantian jam di kamar mandi. Satu diantara kami, aku dan kembaranku, akan berbagi waktu. Bisa digilir, ada yang pertama juga akan ada yang kedua.


"Oke, aku berkemas duluannya yaa.." Hari ini aku mendapat giliran pertama memakai kamar mandi. Otomatis aku akan menang. Istilahnya, aku akan lebih cepat siap dengan kostum perkuliahan ku. Sedangkan lisda, saudara kembarku, tentunya masih tertinggal dengan kostum rumahnya.

Aku memilih kostum, mengenakan kerudung, dan tak lupa mengenakan kaos kaki. Dan berhubung kesiapan lebih dahulu menghadiriku, aku harus mempersiapkan dua gelas susu Hilo rasa vanilla juga sarapan. Pagi ini aku memilih untuk menggoreng telur dadar dengan saos dan kecap, bukan dengan pasir.

Agak lama menunggu si lisda berkemas. Aku sedikit berkeringat menunggunya. Akhirnya.. Aku telah siap dengan semua perlengkapan.

Hingga akhirnya proses menunggu usai, dia telah selesai. Saatnya sarapan..
Aku tetap mengambil jalur terlebih dahulu. Aku mengambil nasi, lalu membagi telur saos kecap itu menjadi dua bagian, satu milikku, satu miliknya. Kebetulan aku memgambil kursi di meja makan agak jauh darinya.

Si lisda bukan dengan gesit menyusulku. Ia malah sibuk dengan motornya. Ia masih menstaternya. Mesin mati, dia mengulanginya lagi. Mesin mati, dan lagi. Hingga intensitasnya tiga kali. Sedangkan aku sibuk dengan tugas ku, sarapan pagi.

Akhirnya, setelah selesai dengan motornya ia makan. Baru beberapa suapan, ia menambah lauk lagi. Ikan balado sisa tadi malam. Diambilnya juga.

"Nampaknya dia lapar sekali" kemungkinan dari hatiku, melihat gelagatnya.
Selesai, sarapan. Mencuci sedikit kotoran hasil proses sarapan.

Tiba-tiba...
Terdengar suara itu..


"Tau kenapa lauknya ku tambah?" Tanya lisda

"Kenapa? Lapar?" Jawabku.

"Bukan begitu, tadi ketika memanaskan mesin motor. Telurku tergelincir, tepat disamping motor. Ku kira masih bersih. Lalu, ku ambil saja. Ehhh.. ketika mau ditelan, rupanya telurnya berpasir. Ya, mau tidak mau aku harus menggantinya dengan lauk yang lain, ikan balado" raut wajahnya sedih. Aku tau, pasti dia teramat sedih kehilangan telur sarapan paginya.

"Astagfirullah, makanan yang jatuh di tempat kotor begitu janganlah dimakan lagi. Pasti kotor" nasihatku padanya.

"Kan bisa minta telurku" tawarku padanya. 

Ketika ingin berangkat. Di garasi tepatnya, aku melihat tempat kejadian. Bahkan ada sedikit kecap yang membentuk berkas di lantai garasi yang berpasir itu.

Dalam hati cuma nyinyir. Ini orang kok mau-maunya makan telur yang telah tergelincir di tempat yang kotor ini.. Hmmmm...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar