Lagi-lagi
tulisan ini menceritakan tentang menyambut kedatangan hari kemenangan. Semoga
tidak bosan untuk tetap membacanya. Ini tentang kue lagi, kue yang mendapat
julukan "Good Time". Entah siapa yang menemukannya, nama itu sudah
melekat pada kue yang bahan dasarnya coklat bermerk silver queen itu. Apalagi
taburan kacang metenya dan sebagai hiasan akhirnya ada choco chips diatasnya.
Mungkin karena kue tersebut mirip dengan kue kaleng bermerk "Good
Time". Rasa kue itu cocok sekali untuk menghabiskan waktu, seperti teman
yang baik. Tekstur lembutnya, membuat kepingan-kepingan kue berhamburan dalam
kunyahan. Belum selesai dengan ekspetasi coklat yang manis, gurihnya kacang
mete dapat terasa dengan pas. Sudahlah, takkan ada habisnya membicarakan kue
yang sederhana namun berjuta rasanya itu.
Cerita
ini tersusun per barisnya bukan pula ingin mwmbicarakan tata cara pengolahan,
tapi tentang tragedi. Tragedi yang biasa dialami oleh pembuat kue awam, apalagi
kalau resepnya dikreasikan sendiri. Terkadang beruntung, resep masakan yang
didaur ulang akan berhasil. Namun, jika buntung, resep makanan akan menganggur.
Sama seperti ceritaku "Kue Pie yang Penisun". Ketidakberhasilan tak
lantas memadamkan api kobaranmu. Semangat masak akan tetap ada, memang
sewajarnya begitu. Karena kegagalan adalah pengalaman terbaik untuk berhasil,
asal ada usaha untuk membenahinya. Sama seperti cerita ini; masih bisa
dibenahi.
Hari
itu, tepatnya lebaran satu tahun yang lalu. Aku dan warga dapur laiinya
disibukkan dengan menu kue-kue kering. Maklum menjelang lebaran. Kata ibu sih
penghias lebaran.
Adonan
kue good time yang dipersiapkan, sudah siap diolah. Tinggal tumpahkan bahan ke
mangkuk yang sudah disediakan. Hingga proses pencetakan, semuanya berjalan
normal. Walaupun agak kerepotan karena tekstur kuenya yang lembut, sulit
dibentuk. Lagi-lagi masalah itu sudah terbereskan. Sebenarnya, resep kali ini
kami bubuhi sedikit yang baru. Kami mencampur coklat dark yang sudah dilelehkan
pada adonan juga coklat silverqueen. Seharusnya hanya coklat silverqueen saja
yanh digunakan -jika pada resep orisinilnya.
Proses
terakhir untuk menyelesaikan. Ibu memanaskan oven dan mulai memanggang kue
tadi. Beberapa menit, ada proses menunggu.
Wahhhhhh.......................!!!
Kami
terkejut. Hampir berteriak. Kuenya melumer di dalam oven. Adonan yang dibentuk
kecil mungil berubah menjadi besar karena meleleh. Aku, Lisda, dan Indah,
cengengesan hampir melepaskan tawa lebar. Dengan keyakinan kue itu akan matang
jika dimasak. Apalah daya kue melebur dan menggepeng juga membesar. Adonan kue
ibu terlalu lembut. Coklat mengeluarkan sifat alamiahnya, ia mencair jika
terkena panas. Tepung terigu yang dicampurkan kurang banyak.
“Ya Allah. Kurang keras adonan kuenya.
Bahan sudah mahal-mahal dibeli. Campur tepung terigu lagi.” Ibu dengan gesit
mengambil kue di panggangan. Tangan lincahnya dengan segera melemparkan adonan
dan mulai mencampur lagi.
Aku
masih asyik tertawa. Aku geli melihat kue itu melumer. Harapan dan semangat ibu
yang tadinya terkumpul, sekarang terserak dimana-mana. Itu cerita kegagalan
dulu. Tak ingin mengulang kesalahan, akhirnya pada lebaran kali ini, ibu
mengurangi coklat yang digunakan. Cukup coklat silverqueen dan seperempat
coklat dark. Dan yang paling penting, jangan lupa adonan kue harus sedikit
padat. Daripada adonan kuemu menjadi lebar(an).
Tiada
yang sukses tanpa mengalami gagal. Begitupun kami yang sedang belajar memahirkan
diri menjadi pemasak kue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar