Minggu, 19 Juli 2015

Kolak (Koempoelan Kisah) Ramadhan: "Pensiun Lagi"

Lagi-lagi tulisan ini menceritakan tentang menyambut kedatangan hari kemenangan. Semoga tidak bosan untuk tetap membacanya. Ini tentang kue lagi, kue yang mendapat julukan "Good Time". Entah siapa yang menemukannya, nama itu sudah melekat pada kue yang bahan dasarnya coklat bermerk silver queen itu. Apalagi taburan kacang metenya dan sebagai hiasan akhirnya ada choco chips diatasnya. Mungkin karena kue tersebut mirip dengan kue kaleng bermerk "Good Time". Rasa kue itu cocok sekali untuk menghabiskan waktu, seperti teman yang baik. Tekstur lembutnya, membuat kepingan-kepingan kue berhamburan dalam kunyahan. Belum selesai dengan ekspetasi coklat yang manis, gurihnya kacang mete dapat terasa dengan pas. Sudahlah, takkan ada habisnya membicarakan kue yang sederhana namun berjuta rasanya itu.


Cerita ini tersusun per barisnya bukan pula ingin mwmbicarakan tata cara pengolahan, tapi tentang tragedi. Tragedi yang biasa dialami oleh pembuat kue awam, apalagi kalau resepnya dikreasikan sendiri. Terkadang beruntung, resep masakan yang didaur ulang akan berhasil. Namun, jika buntung, resep makanan akan menganggur. Sama seperti ceritaku "Kue Pie yang Penisun". Ketidakberhasilan tak lantas memadamkan api kobaranmu. Semangat masak akan tetap ada, memang sewajarnya begitu. Karena kegagalan adalah pengalaman terbaik untuk berhasil, asal ada usaha untuk membenahinya. Sama seperti cerita ini; masih bisa dibenahi.

Hari itu, tepatnya lebaran satu tahun yang lalu. Aku dan warga dapur laiinya disibukkan dengan menu kue-kue kering. Maklum menjelang lebaran. Kata ibu sih penghias lebaran.

Adonan kue good time yang dipersiapkan, sudah siap diolah. Tinggal tumpahkan bahan ke mangkuk yang sudah disediakan. Hingga proses pencetakan, semuanya berjalan normal. Walaupun agak kerepotan karena tekstur kuenya yang lembut, sulit dibentuk. Lagi-lagi masalah itu sudah terbereskan. Sebenarnya, resep kali ini kami bubuhi sedikit yang baru. Kami mencampur coklat dark yang sudah dilelehkan pada adonan juga coklat silverqueen. Seharusnya hanya coklat silverqueen saja yanh digunakan -jika pada resep orisinilnya.

Proses terakhir untuk menyelesaikan. Ibu memanaskan oven dan mulai memanggang kue tadi. Beberapa menit, ada proses menunggu.

Wahhhhhh.......................!!!

Kami terkejut. Hampir berteriak. Kuenya melumer di dalam oven. Adonan yang dibentuk kecil mungil berubah menjadi besar karena meleleh. Aku, Lisda, dan Indah, cengengesan hampir melepaskan tawa lebar. Dengan keyakinan kue itu akan matang jika dimasak. Apalah daya kue melebur dan menggepeng juga membesar. Adonan kue ibu terlalu lembut. Coklat mengeluarkan sifat alamiahnya, ia mencair jika terkena panas. Tepung terigu yang dicampurkan kurang banyak.

Ya Allah. Kurang keras adonan kuenya. Bahan sudah mahal-mahal dibeli. Campur tepung terigu lagi.” Ibu dengan gesit mengambil kue di panggangan. Tangan lincahnya dengan segera melemparkan adonan dan mulai mencampur lagi.

Aku masih asyik tertawa. Aku geli melihat kue itu melumer. Harapan dan semangat ibu yang tadinya terkumpul, sekarang terserak dimana-mana. Itu cerita kegagalan dulu. Tak ingin mengulang kesalahan, akhirnya pada lebaran kali ini, ibu mengurangi coklat yang digunakan. Cukup coklat silverqueen dan seperempat coklat dark. Dan yang paling penting, jangan lupa adonan kue harus sedikit padat. Daripada adonan kuemu menjadi lebar(an).

Tiada yang sukses tanpa mengalami gagal. Begitupun kami yang sedang belajar memahirkan diri menjadi pemasak kue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar