Senin, 01 Juni 2015

Anak Kembar, Ed.4: "Oh, Kandang Kelinci!"

Setelah Lumut dengan hebatnya menjatuhkan percaya diriku, ada saatnya Turunan membuatku makin layu dan Keramaian yang benar-benar melarikan rasa beraniku. Kini ceritaku bersama saudara kembarku dengan kendaraanya, akan berlanjut lagi.

Beberapa kali menghantam, tak cukup menyurutkan niat Lisda untuk tetap mengemudikan keretanya itu (Baca:motor).  Ini tentang masa orientasi yang tersisa satu hari lagi. Semuanya normal dan sah-sah saja. Tak ada yang mencolok. Hingga hantaman itu terjadi.
Hari ini kebetulan aku juga Lisda mengenakan seragam olahraga. Setelah hari terakhir masa perkenalan siswa ini, semua peserta akan diresmikan menjadi siswa SMA. Itu suatu kebahagiaan. Terlepas dari omelan dan kejahilan kakak senior. Seharusnya hari ini garis lurusnya adalah bahagia, tapi seharusnya.
“Ayo, cepatt!!!!” Lisda memekik; mengarah padaku.
“Iya, sebentar lagi selesai” kebiasaanku yang terkadang menyulutkan api si Lisda.
Walaupun takut, aku dengan penuh keyakinan tetap saja memilih untuk berani menjadi penumpangnya Lisda. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, memang harus terjadi.
Ibu mengantar kami hingga muka, persis di depan pintu. Saat motor dinyalakan ke posisi on. Saat gas mulai berbunyi.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..........!!!” ibu sekarang yang memekik.
Lalu, aku dan Lisda juga diliputi rasa panik. Aku hampir setengah sadar menghadapi perlakuan Lisda. Ini benar-benar melengkapi peristiwa yang sudah-sudah. Mulai dari ditabrak dan menabrak. Ya, cerita ini memiliki makna kata kunci kedua. Ini tentang menabrak.
Suara pekikan ibu, berhasil membuat ibu-ibu kantin di sekitar komplek kami berdatangan. Mereka juga menaruh rasa panik. Mereka berlari tergopoh-gopoh.
“Ada apa bu Yanto?” mereka celingak-celinguk melihat aku dan Lisda.
“Ini, bu” suara ibuu sedikit gemetar.
“Ini, bu. Lisda hilang kendali. Lisma yang tepat berada di depannya di tabrak” ibu berhasil menyampaikan pesan pagi itu.
“Astagfirullah, kok bisa? Kami kira tadi gas meledak bu” salah satu komentar ibu kantin itu.
“Lisda hilang kendali, bu. Entah kenapa gasnya tiba-tiba kencang” ibu melanjutkan ceritanya.
Benar adanya. Sekarang aku yang ditabrak. Kejadian itu terjadi sangat cepat. Aku juga tak mengerti kenapa aku bisa berdiri tepat di depan Lisda dan motornya. Saat motor dihidupkan, tiba-tiba suara gas terdengar agak kencang. Disitulah badanku terdorong. Tidak terlalu keras. Saat tubuhku terdorong, tubuhku terhempas sebuah kandang kelinci. Tepat di depanku. Karena beradu, aku terjatuh. Dan Lisda kehilangan kendali, dia terjatuh juga. Itulah alasan kenapa ibu memekik.
“Kaki aku, tolong kaki akuuuuu!!” Lisda berteriak. Teriakan yang berhasil membuat ibu memekik dan ibu kantin berkumpul.
Aku sempat diam dan bingung. Bagaimana jika tidak ada kandang kelinci itu? Pasti aku tergencet lumayan keras. Aku bingung, aku ditabrak oleh saudara kembarku sendiri, di depan rumahku sendiri, dan di depan ibu kami sendiri.
Saat kejadian itu memulai episodenya, aku tengah berdiri persis di depan si pengendara dan motornya. Lalu kenapa, tiba-tiba motor itu lepas menabrakku. Membuat badanku yang setengah gemuk dan sedikit kurus ini terdorong hingga tepat berada di depan kandang kelinci mungil hasil buatan bapak itu.
Aku dan Lisda sama-sama terguling. Kami berdua terjatuh. Dan lagi-lagi, Lisda tertimpa motor. Namun, ada yang patut disyukuri. Apa itu? Tidak ada cidera parah. Aku hanya luka kecil dan Lisda baik-baik saja. Aku meringis atau cengengesan? Ekspresiku sudah dicampur-campur. Satu sisi aku pucat karena histeris menerima tabrakan dan sisi lainnya aku juga geli mekihat tingkah sopir yang tak menentu ini.
Lisda tak pernah berhenti untuk belajar mengemudi, tidak ada kapok. Lalu, aku? Trauma hebat. Hingga saat ini, dengan postur tubuh sebesar ini, aku tak punya nyali untuk berkendara. Padahal bukan aku yang harusnya trauma, tapi Lisda. Keadaan membalikkannya, aku yang sekarang dirundung trauma. Apalagi saat kejadian tabrakan itu, gemetar rasa tubuhku. Bukan seperti masa orientasi lagi, tapi jauh lebih serius.
Cerita yang nantinya akan dibuka dengan kelalaian seorang pengemudi, tapi nanti. Diedisi selanjutnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar