Selasa, 07 April 2015

Terima kasih, Latif!

Mentari masih bermalas-malasan pagi ini, mengantarku ke kursi kemalasan. Tubuhku yang masih meringkuk malas, setelah menunaikan subuh yang penuh berkah, tadi. Masih bercengkrama dengan kasur dan bantal serta guling. Ah, memang mengasyikan. Cukup memastikan jadwalku aman. Sejauh ini, jam-jam pertarungan UTS bersahabat. Pukul 10, rata-ratanya. Mudah saja, sedikit bermalasan pun tak mengapa.


Kebetulan pagi ini, tempat pengumpul pakaian-pakaian kotorku penuh-sesak. Mau tidak mau, aku dan Lisda berangkat mencucinya. Kemudian, mempersiapkan makanan untuk bekal nanti siang. Aku berbagi tugas. Aku mencuci dan Lisda memasak. Membilasnya, memberi pewangi, mengeringkan, dan akhirnya menjemurnya. Semua berjalan pada relnya. Hingga aku selesai mandi, dan bersiap-siap. Aku melirik handphoneku, ku lihat ada sms dari Latif, teman satu kelasku: "Erina udah di sana?"

Aku menggaruk-garuk kepala yang sama sekali tidak gatal. Aku balas pesan singkatnya: "Maksudnya?"

Dengan cepat di balas: "Gak apa-apa"


Aku memutar otakku, kembali berpikir yang tak penting. Memikirkan kebiasaan Latif sehari-hari, ku lirik jam masih jam 8 lewat 40 pagi; 20 menit menuju jam 9 pagi. Aku masih terpaku dan termangu, Biasanya, itu pertanyaan kekhawatiran Latif; ketika waktu mendekati jam masuk.

Astagfirullah... Aku meloncat, ku lirik catatanku mengenai jadwal ujian. Ah, aku berjingkrak tak menentu. Ternyata keyakinanku salah, tepat pukul 09.10 WIB ujian segera dimulai.

Pukul 08.50 WIB. Aku benar-benar kalang-kabut. Lari-larian kebingungan setengah kesal dengan kecerobohanku sendiri. Aku berlari mengejar Lisda yang sedang mandi. Aku berteriak. Ya, kepanikanku akan ku bagi dengannya.

Pikiranku bukan main berantakannya. Aku takut dengan macet atau dengan lampu merah. Sejauh perjalanan dengan jarak 5,8 km, akan banyak sekali menit-menit yang terancam. Secepat kilat aku berkemas. Pakaian seragam ujianku, kebaya putih dan rok batik berwarna hijau dan juga kerudung dengan warna yang sama telah aku pasangkan. Aku dan Lisda mengendarai si Temol dengan kecepatan penuh, tertunda lampu merah. Aduhhhh. Mendung mengepung langit, sebentar lagi tertuah air dari langit. Memacu kendaraan yang kencang, itu melanggar perjanjian aku dan Lisda. Ini kali pertamanya, aku harus mengencangkan pegangan. Kebayaku tersingkap hingga lengan.

Tepat pukul 09.05 WIB. Aku sampai di kampus, menarik napas sedikit lebih dalam. Beberapa menit mencuri napas, pengawas segera datang. Aku tak sempat lagi membaca materi.

Geluduk menyambar. Jeleggaaarrr!!!
Ujiannya open book, ku periksa tasku. Kertas materi ku tertinggal. Ahh, terpaksa menjawab semampunya. Tetapi, untunglah ada temanku yang mau meninjamkan; berbagi makalah atau catatannya.


Terima kasih, Allah. Setidaknya hari ini kecerobohanku tak berhasil membuatku terlambat. Kalau tidak aku akan mengotori rapot cantikku dengan menambah satu lagi absen terlambat ketika ujian. Ayo, fokus, fokus!!
Terima kasih, Latif..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar