Sabtu, 21 Februari 2015

Telur Berpasir dan Ikan Balado

Pagi ini, ada mata kuliah pagi. Buru-buru dan sedikit tergesah-gesah. Mempersiapkan berbagai hal. Tak tertinggal minum susu hangat. Ya, sekedar penambah energi kalau-kalau tak sempat sarapan.

Hari ini, seperti biasanya. Ada pergantian jam di kamar mandi. Satu diantara kami, aku dan kembaranku, akan berbagi waktu. Bisa digilir, ada yang pertama juga akan ada yang kedua.

Rabu, 18 Februari 2015

Kado Berlapis



Sedikit merapikan kerudung yang terkena deruan angin selama di kendaraan. Sedikit kusut terkena hentaman helm keamaan berkendara. Selangkah di depan sana, sudah terlihat jelas perempuan tinggi dengan senyummnya yang manis berbalut kerudung merah jambunya. Kak Ica. Itu dia orangnya, kakak angkatku di kota baruku ini.

Cerpen: "Episode yang Tertunda"



Episode yang Tertunda
Lisma Nopiyanti
Pagi itu, kenapa mentari tak mau menampakkan kekuatannya. Kutatap ia masih berselimut awan kelabu. Malu-malu. Malah beberapa detik kemudian perlahan menitik-nitik air memercik di helmku. Kunikmati saja. Walaupun nyatanya hatiku tak akan bisa meresapinya begitu dalam. Bisik lirihku, makin menyeruak di dalam benakku. Rintihan-rintihan air hujan pun hampir memenuhi seragam putih-abu yang ku kenakan saat itu. Aku begitu terlarut dalam keadaan. Oh mentari. Kau membuatku bersedih.

Jumat, 13 Februari 2015

TUJUH HARI

Memulai aktivitas kemahasiswaan.
Dan sekarang aku disibukkan dengan tugas-tugas yang mulai meramai.
Sabtu kemarin aku menikmati perjalanan ke tempat ini, dan sekarang menunggu jam perkuliahan.

Tujuh hari. Singkatlah waktu. Sehari berlalu. Begitu saja.

Tak banyak yang berbeda, sama saja. Ruangan perkuliahan juga. Teman juga. Semua sama. Perbedaannya pasti hanya masalah semester berapa. Ya sekarang aku sibuk menyelesaikan matkul semester 4 ini.

Tujuh hari. Semua mulai terbiasa. Dibalik kemarin terlihat kaku. Masih beraroma rumah di Palembang. Sekarang merangkak perlahan, mencoba terbiasa lagi.

Harapan tujuh hari dan ke depannya, harus lebih serius. Khususnya dengan perkuliahan. Selesai tepat pada waktunya, dan dipermudah langkahnya oleh Allah :')

Niat "bismillah" semoga semester 4 jangan letoy. Jangan mudah dikalahkan ego. Bisa selesaikan semua tugas dengan baik. Dan yang paling penting berdoa. Semoga Allah selalu memberkahi.
Aamiin Allahumma Aamiin :')

Sabtu, 07 Februari 2015

Alarm Hujan

Setiap peristiwa pasti memiliki kenangan. Karena peristiwa yang telah dialami dengan otomatis akan menulisi memori otak, menjejalkan otak. Sewaktu-waktu, jika tersentuh dengan suatu hal maka dengan sendirinya ia mengingat peristiwa itu. Begitu juga yang sedang dialami oleh hati kecilku ini.

Rintik-rintik, mememani sisa perjalanan pulangku ke Pekanbaru. Kini kuota liburku telah habis. Walau sudah satu minggu mangkir dari jam kuliah, aku masih saja merasa kurang. Waktu dua puluh dua hari hanya terasa tiga hari.

Keputusan yang telah kuambil terlebih dahulu untuk kuliah jauh tak kukira akan sesulit ini. Yang aku ingat dulu hanya senang jika berada di tempat yang berbeda. Rasanya senang saja dengan tempat barunya. Hanya saja, semuanya tak sesimpel itu. Sedikit lebih rumit, apalagi jikalau rindu menyerang. Bisa apa? Selain mengambil telepon genggam, mengabari lewat alat itu.

Banyak sekali file-file yang ada di memori otakku. Bahkan terkadang memorinya nge-hang, tiba-tiba ingatan terganggu, hingga berhinggap pada sebuah kelupaan.

Tapi herannya, jikalau hari sudah mendung. Pastilah file-file ingatan itu akan mulai hadir secara acak. Finalnya adalah ketika hujan telah turun dengan derasnya. Ingatanku seperti diatur. File-file yang sesak itu akan terpilih sendirinya ketika turun hujan. Segera ingatanku berusaha membuka lembaran-lembaran yang terjadi di rumahku. Selalu begitu. Kalau sudah begitu, naluri kecengengan itu menyeruak. Hingga saatnya hujan terhenti.

Begitulah ketika hujan berikutnya. Ingatanku akan selalu menuju pada file-file memori yang pernah dibuat di rumahku. Lagi-lagi secara otomatis. Aku mengingat keluargaku, rumahku, kamarku, atau hal-hal yang pernah aku lakukan. Kadang penyembuh rasa kaku, kadang hadirkan pilu.

Aku sempat mengutarakan ini pada ibu.

"Mengapa ya bu, kalau hujan turun ingatanku seperti terarah ke rumah ini?"

"Yaiyalah, inikan rumahmu sendiri ma".

Memang benar.

Mulai sekarang. Aku menyadari, bahwa hujan menjadi alarmku, menjadi alarm pengingat rumahku :')

Biarlah hujan menyemangatiku. Bahwa aku akan pulang lagi, setelah masa perkuliahan ini.berakhir. Biarlah lelah di siksa rindu akan menjadikan penyemangatku menempuh pendidikanku. Semoga, Allah memberkahi.
Aamiin allahumma aamiin :')