Senin, 03 Agustus 2015

Sepetak Kotak

Tantangan OWOP
Aku terperangkap di dalam sepetak kotak. Aku berhasil menemukannya. Sebuah kotak berdinding. Aku coba menerobos memasukinya. Tanpa perlu izin, apalagi harus membayar. Karena tahtaku telah hilang, direnggut oleh ketamakan. Si kaya, selaku pejahat, selaku teman berjabat.

Saat ini, aku sedang gemetar. Bibirku pucat. Sedang tubuhku sudah menggigil tak berdaya. Aku dibuang. Dianggap bekas dan tak berdaya. Tanganku sekarang tengah mencoba; menjangkau angka-angka. Memutar angka-angka yang ada dikepala.


Sudah bisa aku mendengar dengungan. Sudah kudekati telingaku. Tanganku masih gemetar. Tubuhku masih menggigil. Masih menunggu jawaban.

"Hallo. Ada yang bisa saya bantu?" suara dari benda bergagang kabel itu.

"Saya bisa minta makanan? Saya belum makan beberapa hari ini. Bisa kirimkan saya roti atau air mineral?" suaraku memelas.

"Kau siapa? Apa derajatmu meminta makan padaku? Kau bangsawan?  Kerja!" suara memekik keluar dari benda perantara itu.

"Aku hanya butuh makan. Kalau aku bisa bekerja takkan kuminta padamu!" aku memegangi kakiku yang hampir rapuh.

"Pergi kau ke panti sosial!" Mereka yang pantas menyantunimu! Bukan aku!" suara si kaya masih menghardikku.

"Apakah yang butuh pahala hanya orang-orang panti sosial? Tak inginkah kau mendapatinya?"
Berdenging sudah bunyi benda perantara itu. Ditinggal begitu saja oleh si kaya.

Malam sejuk, 03082015
Plg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar