Rabu, 22 April 2015

Pesan Abu-abuku

Sebenarnya malu untuk menuliskan ini. Tapi, biarlah. Jemari ini yang mau menuliskannya. Bukan karena alasan yang terlalu fana atau terlalu istimewa hanya sebuah pesan yang tak berani ku kirimkan.

Begini. Aku ingin memulainya dengan kabar.
"Bagaimana kabarmu?". Eh, sebentar. Itu terlalu cheesy. Nanti aku menjadi tersangka dan kau akan banyak menerka.


Baiklah, ku tukar saja. Bagaimana kalau salam? Oh, iya aku melupakan salam.
"Assalamu'alaikum". Nah, awal yang terkesan biasa. Baiklah, aku akan menyusunnya.


Lalu, setelah salam? Bunyi kipas angin segera meramaikan kamar pulkadot ini. Bagaimana kalau ucapan selamat malam? Aduh, aku menumpuknya dengan salam lagi. Terlalu berlebihan. Hapus.

Atau begini saja. Bahas hal yang lebih umum. Sekarang, aku memutuskan untuk bertanya bagaimana kuliahnya. Terdengar semester-semester terberatnya akan dilalui pada tahun ini. Aduh, itu terlalu perhatian. Nanti dianggap berlebihan. Hapus saja.

Aku ada ide. Bagaimana kalau tanyakan keadaan ibunya. Ya, aku juga sudah berulang kali mencoba memberi pesan kepada si ibu, namun beberapa kali jua tak menerima jawaban. Aku akan menanyakan hal itu. Itu jauh lebih baik.
"Bagaimana kondisi mama? Sehat bukan?"


Lalu, tanyakan: "Bagaimana sholatnya? Jalan teruskan? Kirim doa setiap malam jumat selalu dibacakan?". Aduh, pesan apalagi ini. Hapus. Dia tidak akan menyukai pertanyaan ku yang sok ngajarin ini. Dia tau apa yang harus dilakukan. Ayo, singkirkan dari pikiran. Dia tau mana yang baik mana yang buruk. Semoga :". Hapus lagi.

Dan sekarang mataku mulai berat, mungkin "dia" lelah. Uhhh. Baiklah, sebaiknya aku segera mengakhiri pesan singkatku ini. Sedikit pesan ya? Atau wejangan. Anggap saja begitu.
"Semoga tetap semangat melakukan hal yang positif dan selalu semangat untuk melakukan perbaikan yang diridhoi Allah"


Dan pesan itu terasa lebih umum bagiku dan berhasil merangkum semua pertanyaanku. Semoga kamu sedang memperjuangkannya demi kesuksesamu dimasa mendatang.

Lebih baik, kuselesaikan pesan ini.
"Assalamu'alaikum.
Bagaimana kabar mama? Sehatkan?
Semoga tetap semangat melakukan hal yang positif dan selalu semangat untuk melakukan perbaikan yang diridhoi Allah"


Baiklah, isi pesanku terlihat umum; keseluruhannya. Semoga dia tak curiga. Buatlah biasa saja. Hanya ingin basa-basi saja.

Tinggal menambahkan nomor dan aku akan mengirimnya.
"Send"

Ah, tunggu dulu. Aku lupa bahwa aku tak punya nomor barunya. Sudahlah.

2 komentar: