Kamis, 23 April 2015

Tugasku dan Chat itu

Malam ini aku terlambat untuk memulai. Tugasku untuk presentasi esok belum bisa diselesaikan.


Wah, mau tidak mau. Aku harus meraba laptopku yang tak berada jauh dari tempat tidurku. Semula rencana malas mendominasiku, selang beberapa waktu aku telah berhadapan dengan laptopku. Mencoba untuk setia. Ada beberapa kali aku harus bolak-balik; mengumpulkan referensi buku yang harus aku bawa dan aku butuhkan saat penyelesaian tugas presentasi besok pagi.

Pukul menunjukkan gelap yang makin pekat. Langit sangat pekat tidak seperti beberapa jam yang lalu. Mataku mulai lengket. Dia mengolok untuk istirahat lebih cepat. Padahal tanganku sedang asyik bermain dengan keyboard; memindahkan materi ke dokumen power pointku. Tetap saja mata ini rewel. Terkadang wajahku tertunduk dan terkulai. Bangun lagi, membaca lagi.

Lalu, sebentar-sebentar aku membalas chat di grup whatsappku; grup OWOP (One Week One Paper). Katanya malam ini akan diumumkan pemenangan tantangan menyambut hari Kartini. Aku ikut meramaikan, walaupun aku tau tulisanku tak sehebat mereka yang lebih dahulu bergabung digrup yang spesial itu.

Aku tetap setia dengan tugas. Sesekali membalas chat lagi; antipasi agar tak bosan. Saudara kembarku? Dia telah mengambil start duluan, ia tidur. Aku harus berjuang semalam. Sendiri dan berteman laptop. "Begitulah dunia mahasiswa. Hihih". Aku terkekeh.

Aku kaget! Walau malam itu makin sunyi. Walau semua tengah asyik beristirahat.

Oh, Allah. Sungguh Engkau menghiburku malam ini. Aku berdecak tidak percaya. Mana mungkin tulisanku, tulisanku. Wah, bangun. Mungkin kamu mimpi!! Eh, tidak. Aku sedang sadar bahkan sesadar-sadarnya. 


"Selamat untuk mba Lisma
Andalah pemenangnya"

Aduh, aku bingung sambil garuk-garuk kepala. Eh, sambil senyum-senyum. Terus ngerasa salah. Terus gak percaya. Di situ campur-campur. Kok bisa? Kok bisa? Sekarang fokusku lari ke grup ini. Si Eni, admin cantik nan sholehah itu mengumumkan namaku. Mungkin dia bercanda, tapi tidak. Oh, Allah. Engkau menghiburku, sungguh. Aku bahkan tak percaya kesempatan itu diberikan padaku. Padahal banyak sekali tulisan-tulisan yang lebih hebat daripada tulisanku.

Tapi, Allah Sang Pemurah Rezeki memberikan kesempatan itu pada tulisanku yang serba sederhana itu. Aku malu. Entah sungguhan layak atau hanya kebetulan. Sungguh aku sangat mensyukurinya Allah. Alhamdulillah.

Aduh, hapeku sekarang makin ramai. Berdatangan ucapan selamat. Terima kasih semuanya, terima kasih. Terima kasih sekali lagi. Kalianlah keluargaku dalam dunia literasi ini. Semoga dengan kesempatan ini, si miskin sastra ini makin lebih baik lagi. Aamiin.

Tengah, asyiknya menikmati itu. Ku tilik jamku. Ini tidak bercanda. Pukul menunjukan pukul 00.00 WIB. Aku harus istirahat. Esok jadwalku pagi. Tugasku? Tugasku sudah tersusun cantik di laptopku. Bahkan aku sudah berlatihan beberapa kali untuk tampil presentasi besok.

Hingga pagi menyingsing. Aku didera sakit perempuan. Sakit ketika si tamu datang. Pupuslah semuanya, aku tidak bisa berbuat lebih banyak. Sakitnya bukan main. Alhasil, aku mengambil bangku deretan nomor dua. Aku sengaja memilihnya agar kesakitanku dapat tertutupi. Hingga sesuatu yang mengejutkanku terjadi. Materi yang aku persiapkan salah. Lebihnya, aku diminta maju.

"Maaf pak, saya sedang sakit."
"Tapi, kamu beneran sakitkan?"
"Iya, pak."

Dengan berat hati, aku menolak tawaran presentasi itu. Persiapanku? Persiapanku tengah tersimpan rapi di dalam ranselku: Maaf, kamu tidak seharusnya aku kerjakan tadi malam.

"Mungkin kalau kamu tak menyelesaikanku, kamu takkan tau kalau malam itu kamu sedang beruntung" si tugas menasehatiku.

Aduh, itu hanya benda mati. Tak bersuara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar