Kamis, 22 Januari 2015

Setahun Lalu...

Rasanya baru kemarin merasakan dahsyatnya perjalanan pulang. Setelah kurang lebih 6 bulan berjuang di negeri orang. Mengisi waktu yang ada, mengisinya dengan berbagai cerita yang bisa kusimpan dan kuceritakan.

Sabtu, 17 Januari 2015

Dua puluh delapan!!!

Dua puluh delapan jam menaklukan perjalanan ini. Saat pinggangku serasa hampir membengkok karena duduk yang mungkin terlalu lama.

Leher yang hampir hilang kelenturannya, bagaimana tidak posisiku dalam waktu yang persekian itu tetap tegap dalam posisi yang sama. Sedikit tersiksa. Terasa sekarang, leher sedikit nyeri. Keseluruhan memang teramat mengerikan, menghabiskan waktu nerjam-jam di kendaraan. Bus tipe-tipe kekecilan. Dibilang besar kurang pantas. Kakiku susah dipanjangkan.

Aku harus menekukan kaki dan harus menjejali bawaanku. Menyimpan beberapa makanan, sedikit minuman. Bahkan perlengkapan p3k dan anti pendinginnya semacam sweater, karena bus ini dilengkapi dengan pendingin. Atau sweater itu bisa dijadikan bantal pengganjal. Agar leher tak begitu nyeri seperti sekarang ini.

Inilah perjalananku. Inilah permintaanku dulu, merantau. Dan sekarang semua keadaan harus aku terima. Pahit sekali pun.

Mengingat perjalanan yang melelahkan, aku harus bersyukur bisa selamat hingga tujuanku. Walaupun sempat adu pendapat dengan sang sopir travel yang menyambutku setelah seharian aku berangkat bersama bus kekecilan itu. Bahasa sedikit kasar, dalam ingatanku. Sempat terjadi insiden yang memalukan, karena lisda salah memberikan informasi pada sang sopir.

Kelelahanku diikuti dengan rasa kesal membuat wajahku sedikit murung. Belum hilang rasa lelah yang tadi, mereka kembali menyambutnya. Aku dengan perawakan lelah dibalut kesal, menghasilkan sebuah atmosfer yang yang tidak mendukung. Aku benar-benar kesal ceritanya.

Ya lama-lama keadaan makin mencair dan aku bisa sedikit menikmati perjalanan. Penumpang yang lainnya asyik mengomentari berbagai hal. Aku malas. Aku tak tertarik. Aku lebih memilih melanjutkan membaca novelku.

Perjalanan tak langsung tiba ke tujuan. Masih banyak proses. Harus mengantar barang, menjemput, memperbaiki mobil, hingga akhirnya memikirkan kepentingan lambungnya. Kami mencari makan, yaaa judulnya soto ayam. Tak begitu tertarik. Lebih ke minumnya saja.

Aku tetap diam, hingga tiba di depan muka. Dan sekarang biarlah, badan-badanku yang sedang diliputi rasa lelah ini beristirahat. Sungguh perjalanan yang menyimpan banyak pelajaran. Tapi demi bertemu keluarga, perjalanan ini belum seberapa. Ada tiga puluh jam perjalanan yang lalu. Dan itu mudah saja terlewati. Alhamdulillah..
Salam ^^