Senin, 27 April 2015

Perlombaan itu, dik

Hati ini yang menggerakkannya dik. Sepasang mata ini terkejut melihat untaian pesanmu memenuhi chat bbm mbak kembarmu ini. Wah, mbak kembarmu ini baru terduduk setelah mengikuti mata kuliah yang mendebarkan. Sudahlah, mbak tak membahas itu.

Mbak kira permasalahan ini hanya sepele. Tak pernuh otot untuk menyelesaikannya. Tetapi, salah. Kamu jauh tersinggung dengan sikap mbakmu ini. Tentang perkara lomba itu. Mbak bukannya ingin melepaskan begitu saja. Ada pelajaran yang ingin mbak sampaikan.

Mungkin dimulai dengan kalimat ini:
"Kesuksesan itu tidak berasal dari orang lain tapi dari diri kita sendiri. Kitalah yang menentukan keberhasilan dan kesuksesan itu. Bukan tergantung pada orang lain"


Pesan itu yang ingin mbak sampaikan pada adik kecil kesayangan mbak. Mbak ingin mengajak kamu, dik, memahami arti kesuksesan itu. Walaupun kamu masih teramat kecil untuk memahaminya.
Persoalan itu. Persoalan lomba menulis puisi. Bukan mbak tak mau membuatkanmu puisi. Mbak hanya ingin, adik yang berusaha membuatnya sendiri. Walaupun pada akhirnya tulisan itu tak seindah penulis yang terkenal. Tapi, setidaknya adik belajar. Persoalan indah atau tidaknya itu persoalan kedua. Mungkin itu baru tugas mbakmu ini. Mengeditnya sedikit supaya lebih indah.
Jangan menyerah sebelum bertanding. Jangan membeli kesuksesan dari usaha orang lain, sayang. Itu awal yang tidak baik :)

Bagaimana kalau salah satu dari teman sekelas kita meminta tolong kerjakan tugasnya kepada kita. Lalu, ketika pembagian nilai hasilnya baik. Dan itu kita yang mengerjakan. Pasti kita tidak akan relakan? Begitulah yang ingin mbak perbaiki. Percayalah adik memiliki kemampuan yang baik. Allah telah menganugerahkannya.

Satu lagi. Maaf jika persoalan ini membuat adik kebingungan mengartikannya.
"Jangan libatkan emosi terlalu dalam dan terlalu cepat"

Jangan pernah menghakimi seseorang, ya adikku sayang. Jangan pernah menyalahkan seseorang. Berusahalah memahami orang lain. Dan mbak tahu itu sangat berat. Tapi, mulailah mencobanya. Berpikirlah baik terhadap orang lain. Karena jika kita berpikiran buruk terhadap seseorang, maka dimata kita seseorang tersebut akan selalu terlihat buruk. Tidak ada yang sempurna, sayang. Wajarlah kalau sempat bersalah. Jadi, janganlah mendendam. Simpan amarahmu, jangan dibiarkan mengalir dimana-mana, dik. Apalagi di media sosial, seperti bbm, facebook, dan sebagainya. Media sosial adalah sarana untuk bersilahturahmi bukan untuk saling membenci. Mbak tahu adik masih terlalu kecil untuk memahami persoalan seperti ini, namun mbak tidak ingin, adiknya terlahir sebagai seseorang pendengki.

Teruntuk adik mbak yang sekarang mulai tumbuh. Teruslah belajar, belajar banyak hal. Belajarlah menjadi anak yang sholehah, anak yang bisa membawa kedua orangtuanya ke Syurga. Tumbuhlah menjadi gadis yang cantik dengan akhlak yang terpuji. Jangan menaruh benci, ya cantik yang insyaaAllah sholehah. Tetaplah menjadi gadis kecil yang menyenangkan, yang punya banyak teman. Ohya, semangat terus untuk pergi mengaji belajar Alquran. Semoga tetap rajin sholat lima waktunya, walaupun adik mbak ini masih kelas 5 SD. Simpan emosinya, ya. Dan selesaikan semuanya dengan hati yang ikhlas nan tulus. Kamu bisa.

Eh, ada lagi. Jangan pernah ribut-ribut sama ibu lagi ya. Kan sekarang bukan anak kecil lagi. Jangan gampang tersinggung, nanti cantiknya hilang. Kamu harus jadi yang terbaik, aamiin. Biar Allah makin sayang dan tentunya keluarga serta sahabat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar