Jumat, 11 Juli 2014

Cerita Ramadhan: Rena, namanya^^

Martabak tambi adalah sejenis makanan seperti martabak telur yang di dalamnya terdapat sayur-sayuran seperti kentang dan wortel dengan bertaburkan kuah yang berasal dari santan yang dibumbui sehingga nenghasilkan rasa yang sangat dahsyat lezatnya.

Itulah menu berbuka puasa yang sangat ingin kunikmati. Hasrat itu muncul saat kemarin sore adikku menawarkannya padaku. Namun, kekecewaanku saat mengetahui ibuku tak mengizinkan untuk membeli makanan itu. Alasannya, karena ibu telah membuat makan petang itu.

Oke fix! Keinginan ini harus aku redam, hingga esok hari.

Indah yang memang memiliki keinginan yang kuat untuk menyantap martabak berbuka puasa hari ini, sangat bergembira hati setelah mendengar persetujuan ibu akan permintaannya.

Kebetulan sore itu Indah diajak jalan-jalan oleh bapakke. Hehehe.. inilah saat yang tepat. Aku pun mulai mengisyaratkan keinginanku.

"Mau buka puasa pakai martabak telor?" Tanya bapak.

Segera ibu menjawab. "Ndak, Indah bilang martabak manis aja" jawab ibu dengan sergapnya.

"Tapi, Indah bilang Lisma yang mau nitip martabak telor?" Sanggah bapak.

Rupanya, adik kecilku telah mengatasnamakan keinginannya diatas namaku. Yayaya. Kepalang basah, aku jawab saja.

"Yah, pak. Kami maunya martabak tambi. Adakan?" tuturku.

"Ada, tapi Bapak dan Ibu belum pernah tau siapa dan dimana orang yang menjualnya" jelas bapak.

Aku diam saja. Tiba-tiba, ada suara yang menjawab.

"Tapi, nantilah Bapak coba cari" tawar Bapak.

"Iya pak" jawabku senang. Akhirnyaaaa......

Beberapa waktu Bapak dan adik pergi. Hingga sekitar pukul enam sore, mereka pulang. Membawa segenap belanja makanan yang telah kami pesan. Hemmmmm hemmmm...

Sesampainya dirumah Bapak mengutarakan sesuatu..

"Da, Ma, rupanya yang jual martabak telur itu temanmu dulu" kata Bapak.

Aku mulai berpikir dan bertanya "siapa namanya, Pak?"

"Rena, namanya" Bapak mulai membantuku mengenali sosok itu.

Setauku, temanku yang bernama rena hanya dia dan langsung mengingat sosoknya.

"Rena yang mirip orang India itu?" Tanyaku.

"Iya" jawab singkat bapak.

Bapakpun bercerita bahwa ia mencoba meledek rena temanku itu.

"Bisa gratis dong?" Bapak mulai meledek temanku itu.

"Bisa pak, suruh saja Lisda dan Lisma main ke rumah pak. Pasti saya kasih gratis" tawar temanku itu.

Ada-ada saja Bapakku ini. Aku memang dengan mudah mengingat nama itu. Pasalnya, teman SDku itu memiliki pengalaman yang sampai kapan pun tak bisa aku melupakannya.

Masih jelas diingatanku, saat jaman putih-merahku. Rena kecil selalu mengalami ketakutan saat sang guru mulai menanyakan tugas rumah kami. Pastilah, ia akan menjawab "di buku satunya, Bu" jawaban itulah yang tak pernah ia absenkan kala kondisi semacam itu. Selalu begitu.

Hingga guru SDku heran, sebebarnya ada berapa banyak bukunya. Karena setiap kali dmintai tugas ia selalu menjawab seperti itu.

Terlepas dari itu semua, Rena kecil sekarang telah tumbuh menjadi gadis remaja yang manis dengan wajah keindia-indiannya. Memang aku jarang bertemu dengannya semenjak kuliah ini. Tetapi, aku yakin Rena kecil yang dulu berbeda dengan Rena yang sekarang yang jelas ia sekarang tumbuh menjadi remaja yang periang dan mau bekerja demi mengabdikan dirinya kepada kedua orangtuanya.

Sekali lagi. Gadis remaja itu, Rena namanya^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar