Jumat, 25 Juli 2014

Cerita Ramadhan: Demam Ikan Asin

Menu berbuka puasa kali ini ialah sayur bening katuk dengan lauk telur balado.
Menu tersebut merupakan persetujuan atas perundingan tadi pagi sebelum pergi berbelanja ke pasar. Perundingan tersebut menghasilkan sebuah keputusan yang cukup menggiurkan, terutama bagi kakak tertuaku mas jufri. Pasalnya, ia amat tergila dengan telur balado itu juga adik terakhirku.

Namun, disisi lain keputusan itu tak diterima baik oleh Bapak. Rupanya bapak telah menyediakan sebuah pesanan untuk menu buka puasanya. Kali ini bapak memesan untuk memakan sambal ikan asin dan kembali ibu harus menambah jumlah masakan pada sore menjelang berbuka puasa.

Saatnya, ibu mengarahkan para pegawainya. Ya, siapa lagi kalau bukan aku, lisda, dan adikku. Kami telah standby dengan keperluan dan racikan yang diminta oleh ibu. Dengan gesit tangan-tangan perkasa ini meracik semua keperluan bahan makanan tadi. Satu dengan yang lainnya harus saling bahu-berbahu.

*Adzan magrib berkumandang..

Saatnya kami berkumpul dan melahap hidangan yang telah disediakan oleh ibu dan kami para pegawainya. Setelah menyantap makanan kecil, aku dan lisda memutuskan untuk terlebih dahulu menunaikan ibadah sholat magrib. Tetapi, ditengah perjalanan menuju dapur.. Tiba-tiba..

"Emmm....enakkkkkk!!" Ucap Lisda sesaat setelah menyantap masakan ibu, sambal ikan asin sampai beberapa kali.

Aku pun ikut mengutilnya, tapi menurutku tidak terlalu enak seperti telur balado yang aku coba tadi. Rasa ikan asinnya agak pahit.

Bahkan, sesaat ketika ingin berwudhu Lisda mencobanya sekali lagi. Dan jejak tersebut pun diikuti oleh adikku. Hmmm.... demam ikan asin rupanya.
Selesai menunaikan kewajiban sebagai muslim, kegiatan selanjutnya adalah menyantap nasi dengan sayur katuk dan telur balado.  Setelah memenuhi keinginan lambung, selanjutnya kami harus membersihkan peralatan yang telah digunakan tadi.

Sesaat sebelum shalat tarawih, Lisda dan mas Juf duduk berdua di ruang tamu sedangkan aku tak berada jauh dari situ.

Kudengar mereka berdua berbicara. Hingga terhenti ketika Lisda menegur mas Jufri.

"Mas, kok nafasmu bau ikan asin?" Kata Lisda.
Mas jufri hanya terdiam sambil tersenyum.

"Iya nih, bau ikan asin. Ehh, pasti tadi makan ikan asin juga kan?" Lanjut Lisda yang mulai mengintrograsi mas Jufri.

Padahal mas Jufri adalah orang yang tidak terlalu menyukai ikan asin. Tetapi, diam-diam tanpa sepengetahuan orang ia menyantapnya. Namun, tidak bisa tertutupi begitu saja, setelah nafas yang keluar dari mulutnya mengeluarkan aroma khas ikan asin yang menyengat itu. Hehehe

Benar saja, rupanya dirumah semua orang sedang terkena demam ikan asin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar