Jumat, 20 Juni 2014

Aku Selalu Memperhatikannya..

Petang itu, sepulang dari kampus. Aku dan saudara kembarku melewati jalan seperti hari biasanya. Karna pada hari itu mata kuliah yang harus disemesterkan si Lisda ada dua terpaksalah aku harus menunggunya di kos salah satu temanku.

Saat perjalanan pulang tak ada yang berbeda dengan hari biasanya, hanya saja kali ini kami melihat ada bendera putih yang dikibarkan di perempatan jalan menuju kediaman mbah. Denyut jantung seakan mengencang dan seakan turun dengan kencang-kencangnya. Itu adalah bendera yang melambangkan kemalangan, tepatnya kematian.
Aku hanya tertegun, benarkah beliau yang meninggal? Sang nenek yang selalu ketemui saat perjalanan pulang di setiap petang. Kala itu ku lihat ia duduk di kursi yang terbuat dari bahan plastik berwarna hijau yang mulai memburam kehitam-hitaman termakan zaman. Ku lihat pula, ia selalu menggengam sebuah gelas yang ntah tak dapat kupastikan isinya, yang jelas makanan itu sejenis makanan yang lunak karena dengan begitu ia dapat menelannya.
Aku ingat jelas wajahnya, ia selalu mengenakan kerudung dan warna yang paling bisa kuingat adalah warna hijau tosca. Kulitnya hitam manis. "Mungkinkah dia?" decakku dalam bimbang.
Namun, kutepis pemikiran jahat itu. Mungkin orang lain. Walaupun jawaban tersebut pada akhirnya tak berhasil membuat perasaanku tenang. Dalam diamku, aku berpikir. Mana mungkin keyakinanku salah. Rumah yang berbendera putih itu memang kediaman sang nenek itu.
Saat aku mengutarakan jawabanku, si Lisda hanya menjawab mungkin saja. Sesampainya di rumah, aku segera menanyakan hal itu untuk menjawab keresahanku. Ternyata mbah juga tak tau dan merasa kurang yakin. Hingga keesokkan harinya, benar saja ternyata sang nenek berkerudung hijau tosca itu.
Dan sekarang aku hanya bisa berdoa agar sang nenek bisa tenang dialam sana. Walau ia tak mengenalku, namun aku selalu memperhatikannya semasa hidupnya. Selamat jalan nek... semoga Allah menempatkanmu disisi mulia-Nya. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar